ASPEK.ID, JAKARTA – Maskapai Garuda Indonesia Group kehilangan 2,1 juta penumpang sepanjang kuartal III tahun 2019. Jumlah penumpang anjlok lantaran harga tiket yang semakin membumbung tinggi.
“Kami menyesuaikan harga ke level Tarif Batas Atas (TBA),” kata Plt Direktur Utama PT Garuda Indonesia, Fuad Rizal dilansir laman Tempo di Gàruda Management Building, Bandara Soekarno-Hatta, Tanggerang, Jum’at (27/12)..
Fuad menyebutkan, jumlah penumpang pada kuartal III 2019 tercatat hanya sekitar 8,2 juta, turun dari periode yang sama tahun lalu yaitu 10,3 juta penumpang atau turun ekitar 20,6 persen.
Penurunan ini terjadi hampir di semua sektor penerbangan seperti rute domestic yang turun 1 juta penumpang, dari 5 juta pada kuartal III 2018 menjadi 4 juta pada kuartal III 2019.
Untuk rute internasional, jumlah penumpang turun 100 ribu orang, dari 1,1 juta menjadi 1 juta penumpang. Adapun jumlah penumpang anak usaha Garuda, Citilink turun dari 4,2 juta menjadi 3,1 juta.
Meski jumlah penumpang turun, Garuda Indonesia tetap bisa membukukan kenaikan pendapatan dari tiket penumpang. Hasil didapat Garuda dengan menyesuaikan harga tiket tersebut.
Sepanjang kuartal III 2019, Garuda Indonesia mencatatkan pendapatan dari penumpang sebesar US$ 8,3 juta, dari US$ 6,7 juta. Lalu sebesar US$ 7,7 juta, dari periode yang sama tahun lalu, US$ 5,2 juta.
“Keuntungan bisa didapat Garuda karena adanya penyederhanaan beberapa rute penerbangan. Dari awalnya 10 rute, kami padatkan jadi 7,” timpal Fuad.