ASPEK.ID, JAKARTA – Kementerian Kesehatan menerima informasi adanya dua kasus positif Covid-19 dengan mutasi virus corona dari Inggris atau B.1.1.7 pada Senin, 1 Maret 2021 lalu.
Dua kasus tersebut merupakan hasil temuan dari 462 sampel yang diperiksa. Mutasi virus Corona B.1.1.7 sebelumnya pertama kali diumumkan di Inggris pada Desember 2020.
dr. Siti Nadia Tarmizi, M.Epid, selaku Juru Bicara Vaksinasi COVID-19 Kemenkes mengatakan, virus tersebut adalah tipe virus RNA (ribonucleic acid) yang secara alami mudah mengalami mutasi dan mutasi memang merupakan kemampuan virus untuk bertahan hidup.
“Hingga saat ini, kami belum mendapatkan bukti ilmiah bahwa virus mutasi COVID-19 ini lebih tinggi tingkat keganasannya dibanding virus COVID-19 yang awal, namun, dari beberapa penelitian di negara lain menunjukkan varian virus baru ini lebih cepat menular,” katanya dalam keterangan resmi yang dikutip, Sabtu (6/3).
Dijelaskan, mutasi terjadi pada bagian tanduk atau spike dari virus yang menyebabkan virus lebih mudah masuk ke sel sasaran sehingga penularannya akan lebih cepat dibanding varian yang lama.
Kecepatan penularan mutasi virus tersebut tidak menyebabkan bertambah parahnya penyakit, namun penelitian terkait varian baru ini terus dilakukan.
Para peneliti yang mendalami virus Corona B.1.1.7 mengonfirmasi bahwa efektivitas inokulasi terhadap virus masih ada di level yang bisa diterima sehingga sejauh ini belum mengganggu kinerja vaksin.
“Vaksin yang sekarang digunakan pemerintah masih efektif untuk mencegah penularan mutasi virus sehingga tidak akan mempengaruhi kekebalan kelompok,” ujar dr. Nadia.
Pihaknya mengimbau masyarakat untuk tetap tenang dan tidak perlu resah, namun harus tetap waspada.
Meskipun tingkat keganasan varian baru virus Covid-19 ini belum diketahui, namun dengan kemampuan penularan yang lebih tinggi, pihaknya menghimbau masyarakat harus lebih waspada dan disiplin menerapkan protokol kesehatan harus lebih diperketat, serta menyukseskan program vaksinasi Covid-19.
Sementara itu, dr. Slamet, MHP, Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kemenkes mengatakan bahwa sejumlah langkah telah dilakukan pemerintah, salah satunya memastikan untuk terus memperkuat upaya 3T (Testing, Tracing, dan Treatment) demi mencegah varian baru corona B117 meluas.
“Temuan ini menunjukkan kemampuan dan kapasitas dari laboratorium Balitbangkes dalam melakukan metode Whole Genome Sequencing (WGS). “Mutasi virus corona B.1.1.7 yang terdeteksi pertama di Inggris betul telah terdeteksi di Indonesia, mutasi virus ini lebih menular, orang yang terinfeksi varian ini juga dapat menularkan virus dalam jumlah yang lebih besar,” ujar dr. Slamet.
Dia juga menjelaskan kegiatan WGS ini merupakan salah satu bagian dari kegiatan surveilans genom virus SARS-COV-2 yang telah dilakukan sejak virus ini masuk ke Indonesia.
“Data hasil pemeriksaan genom ini diunggah ke repository Global Initiative on Sharing All Influenza Data (GISAID),” ujarnya.
dr. Slamet menambahkan bahwa karakter dari varian mutasi B117 ini tidak terbukti lebih parah infeksinya.
“Belum ada hasil penelitian yang mengatakan bahwa varian ini lebih ganas dan menyebabkan sakit yang lebih parah. Virus ini tetap dapat di deteksi dengan swab antigen dan swab PCR,” tutupnya.