ASPEK.ID, JAKARTA – Perusahaan pelat merah bidang energi, PT Pertamina (Persero) akan menghapus fasilitas kartu kredit bagi dewan direksi, komisaris, hingga manajer perusahaan.
Komisaris Utama PT Pertamina (Persero) Basuki Tjahaja Purnama mengatakan bahwa keputusan ini sudah disetujui oleh semua pihak dalam rapat umum pemegang saham (RUPS).
Sosok yang akrab disapa Ahok itu menyebut, tidak ada yang menolak usulan tersebut mulai dari dewan direksi hingga komisaris.
“Secara lisan, para dekom (dewan komisaris) dan dewan direksi tidak ada yang keberatan di RUPS atau menolak usulan penghapusan kartu kredit korporasi,” kata Ahok dalam keterangannya yang dikutip, Rabu (16/6).
Ahok bahkan menyebut bahwa Menteri BUMN Erick Thohir sudah menyetujui rencana penghapusan kartu kredit korporasi ini.
“Itu teknik operasional. Prinsipnya Pak Menteri setuju, tetapi karena dalam RUPS diwakili surat kuasa, tidak spesifik bicara setuju,” kata Ahok.
Ahok belum menjelaskan apakah kebijakan ini sudah dibuat aturan internalnya atau belum. Meski begitu, Ahok menegaskan sejak RUPS Pertamina kemarin, dirinya telah melarang fasilitas kartu kredit.
Dia pun sudah meminta yang memiliki kartu kredit perusahaan segera menutupnya atau mengembalikannya kepada perusahaan.
“Kemarin saya sudah sampaikan di RUPS. ‘Mulai hari ini tidak boleh makai kartu kredit perusahaan lagi’, segera ditutup dan kembalikan,” jelasnya.
Ahok menjelaskan fasilitas kartu kredit ini memiliki potensi penyalahgunaan yang besar. Dia menyebut pemakaiannya bisa tidak tepat sasaran. Di sisi lain, fasilitas ini menurutnya tak memiliki imbas untuk memajukan kinerja perusahaan.
“Kontrol dari kemungkinan pemakaian yang tidak tepat sasaran dan tidak ada hubungannya dengan memajukan kinerja perusahaan,” ungkap Ahok.
Sementara itu Staf Khusus Menteri BUMN, Arya Sinulingga mengatakan bahwa Kementerian BUMN akan mendukung setiap langkah efisiensi yang dilakukan oleh perusahaan.
“Setiap efisiensi yang dilakukan untuk perusahaan itu harus didukung. Kita erharap efisiensi ini sampai ke hal-hal yang besar dan hal-hal yang lebih prioritas sehingga dampaknya juga besar bagi perusahaan,” kata Arya.