ASPEK.ID, JAKARTA – Upaya ‘bersih-bersih’ yang dilakukan oleh Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir terhadap sejumlah perusahaan pelat merah dapat memicu sentimen investor.
Hal itu dikatakan oleh Direktur Program Institute for Development of Economics and Finance atau Indef Esther Sri Astuti seperti dilansir dari laman Tempo, dalam diskusi bertajuk ‘Catatan Akhir Tahun: Mewaspadai Resesi Ekonomi Global’ di Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Jum’at (20/12).
“Saham-saham perusahaan BUMN ini paling laku. Kemarin sewaktu ada kejadian Garuda karena kasus Harley Davidson, saham itu sempat turun,” kata dia.
Sebagaimana diketahui, sebelumnya Erick Thohir mencopot jabatan Direktur Utama PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk, Ari Ashkara dan sejumlah direktur yang terlibat dalam kasus dugaan penyelundupan Harley Davidson dan sepeda Brompton di pesawat anyar milik Garuda.
Sebelum insiden pencopotan direktur-direktur Garuda Indonesia, Erick juga melakukan bersih-bersih perusahaan pelat merah lainnya. Ia mengangkat sejumlah pejabat untuk mengisi perusahaan pelat merah, seperti PT Pertamina, PT Inalum, Bank Mandiri dan Bank BTN.
Selanjutnya, Eick Thohir juga melakukan perombakan terhadap Komisaris dan Direksi PT Aneka Tambang. Selain itu, isu perombakan PT Kereta Api Indonesia dan PT Perusahaan Gas Negara juga mencuat sesudahnya.
Peneliti senior Indef, Aviliani, menambahkan bahwa Erick mesti mengembalikan sentimen positif investor dengan menjalankan good corporate governance atau GCG. Upaya ini penting lantaran investor asing tampak paling berminat menanamkan modalnya di dalam negeri ke perusahaan-perusahaan negara.
Di samping itu, ia juga menyarankan agar Kementerian BUMN mulai membenahi perusahaan pelat merah dengan menyingkirkan kepentingan-kepentingan yang terlalu politis.
“Kalau bisa dihilangkan politisasi dan debirokratisasi,” ujar Aviliani.
Sementara itu Menteri BUMN Erick Thohir mengakui selama ini menerima banyak ancaman dan teror usai melakukan aksi pencopotan beberapa petinggi di kalangan BUMN.
Pendiri Mahaka Group itu sebagaimana dilansir dari Wartakota mengatakan bahwa ancaman dan teror yang diterimanya itu adalah hal yang harus dihadapi ketika ingin melalukan ‘bersih-bersih’ BUMN.
“Hal-hal ini memang menjadi sesuatu yang harus kita hadapi,” kata Erick di kanal YouTube OPSI Metro TV, Senin (16/12).