Jakarta ,Aspek– Badan Gizi Nasional (BGN) mengembalikan sekitar Rp70 triliun dari total anggaran tahun berjalan yang tak terserap. Langkah ini langsung memicu perhatian publik, mengingat lembaga tersebut memegang amanah besar dalam menjalankan program Makan Bergizi Gratis (MBG).
Menteri Keuangan Purbaya menegaskan bahwa dana tersebut bukan anggaran yang telah digunakan, melainkan bagian dari cadangan yang belum pernah dialokasikan secara riil.
“Sebagian besar dari Rp70 triliun itu belum pernah dialokasikan ke rekening BGN. Jadi sebenarnya belum ada uangnya,” ujar Purbaya, Selasa (15/10).
Menurut data Kementerian Keuangan, BGN tahun ini mendapatkan Rp71 triliun anggaran utama dan Rp100 triliun dana cadangan. Namun hingga awal Oktober, realisasi baru mencapai Rp20,6 triliun, atau sekitar 29 persen dari total pagu.
⸻
Program Jalan, Penyerapan Lambat
Program MBG yang dijalankan BGN dilaporkan telah menjangkau sekitar 31,2 juta penerima manfaat di berbagai daerah. Meski angka itu terlihat besar, capaian tersebut masih jauh dari target nasional.
Sejumlah sumber internal menyebut penyerapan lambat disebabkan oleh faktor teknis seperti sinkronisasi data penerima, keterlambatan pengadaan, hingga distribusi logistik di lapangan.
Kondisi ini menunjukkan bahwa BGN, sebagai lembaga baru, masih beradaptasi dengan mekanisme birokrasi dan sistem pelaksanaan lintas daerah.
⸻
Anggaran 2026 Melonjak, Ekspektasi Publik Naik
Menariknya, meski penyerapan tahun ini masih rendah, pemerintah telah menyiapkan anggaran 2026 sebesar Rp335 triliun untuk BGN — terdiri dari Rp268 triliun anggaran utama dan Rp67 triliun dana cadangan.
Lonjakan tiga kali lipat ini menunjukkan besarnya kepercayaan politik terhadap program MBG. Namun di sisi lain, juga meningkatkan ekspektasi publik agar BGN lebih cepat, transparan, dan efisien dalam menyalurkan dana ke masyarakat.
⸻
Catatan Redaksi
Pernyataan Purbaya bahwa dana “belum ada uangnya” memang logis secara fiskal, tapi publik tetap menyoroti kinerja penyerapan dan kesiapan sistem BGN. Dengan skala anggaran yang melonjak tajam tahun depan, lembaga ini kini berada di bawah sorotan — bukan hanya karena uangnya besar, tapi karena kepercayaan yang dipertaruhkan jauh lebih besar.





















