Direktur Jenderal Mineral dan Batu Bara Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Ridwan Djamaluddin menyebutkan nuklir menjadi salah satu opsi energi potensial di dalam negeri dan berdampak positif terhadap perkembangan industri nasional.
Indonesia memiliki banyak bahan baku nuklir, sehingga bisa membuatnya menjadi salah satu sumber energi listrik yang murah.
“Kita memiliki cukup banyak bahan bakunya, energi ini juga akan menjadi murah, sehingga secara keseluruhan dampak ekonomi terhadap industri kita akan cukup baik,” kata Ridwan Jumat (10/9/2021) malam.
Ridwan menjelaskan bahwa di masa depan energi nuklir berpotensi menggantikan energi berbasis fosil yang saat ini terus dikampanyekan untuk dikurangi pemakaiannya pada pembangkit listrik.
Pemerintah juga sedang mendorong sektor pertambangan mineral dan batu bara untuk tidak menjual barang mentah, tetapi mengolahnya menjadi produk hilir yang memiliki nilai tambah agar bisa dimanfaatkan industri dalam negeri.
“Ketika kita bicara mineral untuk energi, saya kira ini sebuah topik hangat karena cukup relevan ketika kita membicarakan energi berbasis nuklir atau radioaktif. Ini akan menjadi potensi pengganti energi berbasis batu bara atau energi berbasis fosil,” jelasnya.
Pemerintah menargetkan pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) setelah 2025. Peta jalan pembangunan PLTN sudah masuk dalam strategi besar energi nasional. Rencananya, pemerintah membangun pembangkit energi nuklir dalam skala kecil, mulai dari 100 megawatt hingga 200 megawatt.
Di antara semua pulau di Indonesia, Kalimantan merupakan pulau yang paling cocok untuk dibangun pembangkit energi nuklir, karena tidak memiliki garis patahan langsung dan tidak ada gunung berapi aktif. Hal tersebut membuat Kalimantan memiliki risiko gempa bumi dan tsunami paling kecil dibandingkan dengan daerah lain di Indonesia.
Baca Juga: FOTO: Lahan Food Estate di Kalimantan Tengah
Berdasarkan data Badan Tenaga Nuklir Nasional, bahan baku nuklir uranium mencapai 81.090 ton, thorium 140.411 ton. Bahan baku energi nuklir itu tersebar di tiga pulau besar, yakni Sumatera dengan potensi 31.567 ton uranium dan 126.821 ton thorium, Kalimantan 45.731 ton uranium dan 7.028 ton thorium, serta Sulawesi sebanyak 3.793 ton uranium dan 6.562 ton thorium.