Jakarta, Aspek — Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tiba-tiba merosot tajam pada perdagangan Selasa (14/10). Penurunan mulai terasa sejak pagi dan kian dalam menjelang siang hari.
Data perdagangan mencatat, sebanyak 583 saham melemah, sementara 138 saham menguat dan 84 stagnan. Nilai transaksi mencapai Rp 32,01 triliun dengan volume perdagangan sekitar 48,25 miliar lembar saham.
Aksi Jual Asing Tekan Pasar
Analis menilai, tekanan utama datang dari aksi jual investor asing (net foreign sell) yang masih berlanjut. Di tengah kekhawatiran global, investor asing memilih menarik dana dari pasar saham domestik untuk berpindah ke aset yang dianggap lebih aman.
“Pasar sedang dalam fase risk-off. Tekanan global dan ketidakpastian fiskal membuat investor asing menahan diri,” ujar seorang analis pasar modal.
Sentimen Domestik Perburuk Tekanan
Selain faktor eksternal, kondisi dalam negeri turut memperparah pelemahan. Kekhawatiran terhadap defisit APBN dan prospek ekonomi yang belum solid mendorong pelaku pasar melakukan aksi ambil untung (profit taking) setelah reli panjang beberapa waktu terakhir.
Efek Domino Sentimen Global
Kondisi global juga mempermainkan psikologi pasar. Data inflasi Amerika Serikat yang lebih tinggi dari perkiraan serta isu kenaikan tarif impor baru memicu kekhawatiran lanjutan. Ditambah lagi, meningkatnya tensi geopolitik di kawasan Timur Tengah dan Eropa Timur menambah tekanan terhadap pasar negara berkembang, termasuk Indonesia.
Koreksi Wajar, Bukan Panik
Meski IHSG terjun tajam, sejumlah analis menilai pelemahan kali ini masih dalam batas wajar. “Ini koreksi sehat setelah reli panjang. Selama tidak menembus area support 7.900, potensi rebound masih terbuka,” ungkap analis teknikal lain.
Pasar diperkirakan akan bergerak fluktuatif dalam jangka pendek sembari menunggu kepastian arah kebijakan suku bunga global dan perkembangan ekonomi domestik.






















