ASPEK.ID, JAKARTA – Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mendorong seluruh stakeholder untuk memberikan insentif kepada maskapai penerbangan yang terdampak penyebaran virus Corona (COVID-19).
Hal ini usai mengadakan rapat bersama Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Wishnutama Kusubandio dengan sejumlah stakholder penerbangan, seluruh maskapai yang beroperasi di Indonesia dan operator bandara Angkasa Pura I dan II di Jakarta, Rabu (12/2).
Budi Karya mengatakan, hal tersebut merupakan tindak lanjut dari arahan Presiden terkait dampak ekonomi dari Virus Corona, untuk mendorong pemberian insentif, kemudahan, dan tarif-tarif yang lebih murah.
Disebutkan juga, tiga destinasi yang banyak dituju masyarakat Tiongkok yakni Bali, Manado dan Kepri, menganjurkan hotel memberikan tarif-tarif yang lebih baik serta membuat kegiatan-kegiatan di tempat tujuan destinasi supaya daerah-daerah itu tetap ramai.
“Contoh insentif dari Pemerintah kepada maskapai misalnya PNBP akan kita kurangi, kemudian API dan AP II mengurangi landing fee, diskon sewa ruangan, dan sebagainya. Jadi Pemerintah, operator bandara, maskapai, hotel harus sama-sama memberikan insentif. Tidak mungkin Pemerintah melakukan sendiri. Hal ini dilakukan untuk menggenjot sektor pariwisata. Supaya orang tetap punya keinginan untuk berlibur,” ujarnya.
Budi Karya juga mengatakan, Menteri Keuangan juga telah menyampaikan hal ini, dan akan dibahas kemungkinan insentif apa yang akan diberikan. Dengan adanya insentif ini, diharapkan industri penerbangan dan perhotelan dapat “survive” menghadapi dampai virus Corona.
“Dalam beberapa hari ini kami akan membuat suatu klarifikasi, dan akan kami usulkan ke Presiden minggu depan,” jelasnya.
Lebih lanjut, Budi menyebut maskapai yang mempunyai rute-rute ke mainland China dan Singapura adalah yang paling terdampak. Prediksi Menhub telah terjadi penurunan sekitar 30 persen pada maskapai-maskapai tersebut.
“Kita memang belum bisa memastikan kerugiannya sendiri, yang punya masalah itu rata-rata adalah yang berhubungan dengan mainland China dan Singapura. Yang lainnya sebenarnya relatif masih baik. Tetapi karena penerbangan ini juga ada sebagian ke Tiongkok kira-kira 30 persen, jadi berkurang rata-rata 30 persen,” sebutnya.
Untuk menutupi potensial lost tersebut, pihaknya telah telah berdiskusi dengan maskapai, dengan memikirkan peluang-peluang apa yang mungkin dilakukan.
“Untuk opportunity, yang paling masif itu di Asia Barat seperti India, Pakistan, Bangladesh. karena memang beberapa saat sebelum kejadian ini, para duta besar itu bertemu saya untuk dapat connecting flight. Oleh karenanya saya minta kepada Garuda, Batik, Lion, Air Asia untuk mencari konektivitas ke Asia Barat, paling lambat bulan Mei ini untuk buka rute baru, karena perencanaan itu tidak bisa langsung seketika,” pungkasnya.