ASPEK.ID, JAKARTA – PT Pertamina (Persero) yang juga produsen minyak andalan Indonesia mencatat kerugian pada Semester I Tahun 2020, di tengah pandemi Covid-19.
Berdasarkan laporan keuangan yang dipublikasikan melalui situsnya, perusahaan pelat merah ini mengalami kerugian sebesar 767,917 juta dolar Amerika Serikat (AS).
Jumlah kerugian yang diderita ini setara dengan Rp 11,33 triliun, jika diasumsikan kurs Rp 14.766 per dolar AS.
Pertamina mengantongi pendapatan sebesar 20,48 miliar dolar AS, lebih rendah 19,81 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebesar 25,54 miliar dolar AS.
Per 30 Juni 2020, beban pokok penjualan dan beban langsung Pertamina tercatat lebih rendah 14,14 persen menjadi 18,87 miliar dolar AS dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu 21,98 miliar dolar AS.
Pertamina mencatatkan laba kotor senilaI 1,6 miliar dolar AS per 30 Juni 2020. Jumlah ini, lebih rendah 55,05 persen dibandingkan dengan realisasi per 30 Juni 2019 3,56 miliar dolar AS.
Pada periode tersebut rugi selisih kurs Pertamina meningkatkan menjadi 211,83 juta dolar AS yang pada tahun lalu mencatatkan laba selisih kurs 64,59 juta dolar AS.
Kemudian, Pertamina mencatat rugi tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk senilai 767,91 juta dolar AS, berbalik rugi jika dibandingkan dengan realisasi pada tahun lalu 659,95 juta dolar AS.
Untuk total aset Pertamina per 30 Juni 2020 senilai 70,22 miliar dolar AS dengan total liabilitas 40,56 miliar dolar AS dan jumlah ekuitas senilai 29,66 miliar dolar AS.
“Pertamina terkena triple shock yakni dari sisi demand atau penurunan penjualan yang signifikan, harga minyak mentah yang turun sehingga berdampak pada pendapatan di sektor hulu, serta fluktuasi rupiah sehingga terjadi kerugian selisih kurs,” kata VP Corporate Communication Pertamina Fajriyah Usman dilansir dari laman Bisnis, Senin (24/8).
Pertamina optimistis hingga akhir tahun akan ada pergerakan positif sehingga ditargetkan laba juga akan positif, mengingat perlahan harga minyak dunia sudah mulai naik dan juga konsumsi bbm baik industri maupun ritel juga makin meningkat.
Inisiatif untuk perbaikan internal juga terus dilakukan dengan tetap melakukan penghematan sampai 30 persen, prioritasi rencana investasi, renegosiasi kontrak eksisting, refinancing untuk mendapatkan biaya bunga yang lebih kompetitif serta meningkatkan tingkat komponen dalam negeri sehingga biaya dari sisi rupiah juga makin banyak komposisinya dan bisa menekan biaya secara umum.
Pertamina tetap konsisten menjaga operasional pelayanan untuk seluruh masyarakat Indonesia dan menjaga ketahanan energi sehingga tetap menggerakkan perekonomian nasional.
“Target kami [tahun ini] tetap positif,” ungkapnya.