Garuda Indonesia akan membesarkan PT Citilink Indonesia dengan menyerahkan 20 Airbus A320 hingga membatalkan seluruh pesanan Airbus dikaitkan dengan pembentukan holding BUMN aviasi dan pariwisata.
Pengamat penerbangan, Gatot Raharjo, menilai upaya membesarkan Citilink merupakan alternatif manajemen maskapai penerbangan pelat merah itu mempertahankan bisnis Garuda. Selain itu, menjadi konsekuensi logis dari berdirinya holding BUMN aviasi dan pariwisata.
“Ini mungkin ada kaitan dengan akan dimasukkannya Citilink dalam holding aviasi dan pariwisata. Rencananya Citilink yang mau masuk, Garuda bisa menyelesaikan masalahnya dulu,” ujar Gatot, Rabu (8/9/2021).
Saham Citilink didominasi oleh Garuda. Dari hasil notulen rapat Garuda Indonesia, Citilink hingga pihak terkait yang beredar di sosial media mencatatkan upaya pemberdayaan Citilink menjadi inisiatif Garuda untuk mempertahankan keberlangsungan bisnisnya.
“PT Garuda Indonesia adalah pemegang saham terbesar PT Citilink Indonesia. Oleh karena itu, beliau meminta adanya permintaan sinergi kerja sama dapat didukung dengan baik demi keberlangsungan induk perusahaan,” tulis keterangan notulen rapat tersebut.
Pada saat yang sama, beredar pula surat keberatan manajemen Garuda Indonesia terkait poin-poin informasi yang tercatat dalam hasil rapat tersebut. Salah satunya ihwal pembatalan pesanan pesawat dan pemberian pesawat Airbus A320 kepada Citilink.
Baca juga Garuda Indonesia Kalah di Pengadilan Arbitrase London
Gatot menilai akan ada sebuah konsekuensi lebih jauh saat holding diresmikan. Menurutnya, integrasi itu menimbulkan persaingan antara anggotanya bila tidak dikelola secara baik, misalnya, terjadi monopoli oleh salah satu perusahaan.
Pertimbanganya, perseroan yang tergabung dalam holding sebagian merupakan aktor utama di bidangnya masing-masing. Misalnya PT Angkasa Pura I (Persero) dan Angkasa Pura II (Persero) yang notabene sudah menguasai bandara-besar besar di sejumlah daerah di Indonesia.
“Adanya holding ini justru tidak bagus karena akan menimbulkan monopoli dan persaingan tidak sehat terutama di penerbangan,” pungkasnya.