ASPEK.ID, JAKARTA – Maskapai penerbangan nasional, PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk saat ini tengah fokus mengatasi sumber masalah yang membuat perusahaan terus merugi.
Wakil Direktur Utama Garuda Indonesia Dony Oskaria mengatakan, salah satu sumber masalah yang sedang ditangani adalah urusan negosiasi pesawat.
Selama sumber masalah tidak diselesaikan, kata Dony, maka upaya apa pun akan tetap membuat perusahaan rugi.
“Makanya, fokus kita apa pun yang dilakukan selama tidak menutupi sumber masalah meskipun ada penyertaan modal negara (PMN), setiap tahun rugi Rp 1 triliun,” kata Dony dilansir Republika dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi VI DPR, Senin (20/6).
Untuk itu, Dony menegaskan saat ini upaya untuk menutup sumber kerugian tersebut dilakukan, salah satunya mengenai sewa pesawat. Meskipun sudah dilakukan, Dony mengatakan proses negosiasi tidak mudah.
“Kita ingin 101 pesawat dikembalikan, tapi proses ini membutuhkan waktu dan terus bergulir,” kata Dony.
Dia mengatakan, saat ini Garuda Indonesia sudah mengembalikan kurang lebih 20 armada CRJ. Negosiasi tujuh pesawat lainnya juga menurutnya masih dilakukan dan diharapkan dapat segera dikembalikan.
Dony mengatakan, persoalan negosiasi sewa pesawat tersebut menjadi salah satu sumber masalah yang perlu diatasi.
Dia menjelaskan, pada 2020, negosiasi sudah dilakukan dan manajemen berhasil menurunkan biaya sewa 30 persen sehingga saat ini harga sudah mendekati keseimbangan dengan harga pasar. Persoalan sewa pesawat tersebut menurutnya perlu diselesaikan.
“Masalahnya muncul, sekarang ini rugi kurang lebih 100 juta dolar AS per bulan secara konsolidasi. Tapi, untuk Garuda Indonesia saja 62 juta dolar AS per bulan,” tutur Dony.
Dony menjelaskan, 62 juta dolar AS datang dari biaya sewa sebanyak 142 pesawat. Angka tersebut di luar dari biaya perawatan pesawat hingga 80 juta dolar AS per bulan.
Dengan adanya biaya tersebut, kondisi Garuda Indonesia terpuruk semenjak pandemi Covid-19. Dony mengatakan, 41 pesawat cukup untuk melayani penumpang turun signifikan.
Dengan begitu, Dony mengatakan Garuda Indonesia menanggung 101 pesawat yang tidak diperlukan, tapi secara buku tetap berjalan biaya sewanya
“Selisih ini sudah 40 juta dolar AS sendiri, kerugian kita murni karena pesawat tidak ada ada utilisasi. Biaya yang dikeluarkan itu untuk pesawat yang tidak menghasilkan revenue,” kata Dony menjelaskan.
Dony memastikan, Garuda Indonesia masih bisa terbang hingga saat ini karena masih ada revenue 76 juta dolar AS per bulan. Dony menuturkan, angka tersebut cukup membayar lessor, menerbangkan dan merawat 41 pesawat, membayar gaji, dan membayar Pertamina.
“Untuk 41 pesawat ini fine saja. Masalah Garuda kita wajib membukukan tadi biaya yang sebetulnya tidak kita pakai. 101 pesawat tadi tidak ada revenue kepada kita, tapi dicatat di buku kita,” ungkapnya.