ASPEK.ID, JAKARTA – Israel memiliki Perdana Menteri baru. Naftali Bennett resmi menggantikan Benjamin Netanyahu yang telah menjabat selama 12 tahun, setelah kabinetnya disahkan oleh parlemen pada Minggu (13/6).
Dalam pemungutan suara pada Minggu sore, Bennet berhasil menang tipis suara dengan dukungan 60-59 dari total 120 anggota Knesset menyetujui pembentukan pemerintahan baru tersebut.
Kabinet baru itu terdiri dari koalisi delapan partai, yakni Partai Ra’am, Partai Buruh, Partai Putih dan Biru, New Hope, Meretz, Yisrael Beiteinu, dan Yamina.
Koalisi yang dinamakan Kabinet Perubahan tersebut dipimpin mantan wartawan yang juga eks Menteri Keuangan Israel, Yair Lapid, dan partainya, Yesh Atid.
Berikut ini profil singkat Naftali Bennett, PM Israel yang baru:
Naftali Bennett lahir di Haifa, Israel, pada 25 Maret 1972. Dia adalah seorang politikus Israel yang memimpin partai religius sayap kanan Rumah Yahudi sejak 2012.
Dilansir Wikipedia, ia menjabat sebagai Menteri Pendidikan Israel sejak 2015 dan Menteri Urusan Diaspora sejak 2013. Antara 2013 dan 2015, ia memegang jabatan Menteri Ekonomi dan Menteri Layanan Keagamaan.
Lahir dan dibesarkan di Haifa, sebagai putra dari imigran asal Amerika Serikat, Bennett bertugas dalam unit pasukan khusus Sayeret Matkal dan Maglan dari Pasukan Pertahanan Israel dan kemudian menjadi wirausahawan perangkat lunak.
Pada 1999, ia mendirikan dan memiliki perusahaan Cyota, yang mengoperasikan alat anti-kecurangan, yang berfokus pada kecuarangan perbankan online, kecuarangan e-commerce, dan phishing.
Perusahaan tersebut dijual pada 2005 seharga $145 juta. Ia juga menjabat sebagai CEO Soluto, sebuah perusahaan layanan perkomputeran, yang dijual pada 2013 dengan dikabarkan seharga $100–130 juta.
Lalu ia masuk politik pada 2006, menjabat sebagai Ketua Staf untuk Benjamin Netanyahu sampai 2008. Pada 2011, bersama dengan Ayelet Shaked, ia mendirikan gerakan ekstra-parlementer My Israel.
Dalam pemilihan Knesset 2013, mula-mula dimajukan oleh Rumah Yahudi di bawah kepemimpinan Bennett, partai tersebut memenangkan 12 dari 120 kursi.
Kehidupan Awal
Naftali Bennett lahir di Haifa, Israel pada 25 Maret 1972. Ia merupakan anak bungsu dari tiga bersaudara yang lahir dari pasangan Jim dan Myrna Bennett, imigran Yahudi Amerika yang berpindah ke Israel dari San Francisco pada 1967, sebulan setelah Perang Enam Hari.
Leluhur ayahnya berasal dari Polandia, Jerman dan Belanda. Kakek-nenek pihak ibunya berpindah ke San Francisco dari Polandia 20 tahun sebelum pecahnya Perang Dunia II, dan berpindah ke Israel sebagai senior dan bermukim di Jalan Vitkin, Haifa.
Beberapa anggota keluarga ibunya yang lain, yang masih berada di Polandia, tewas dalam Holocaust. Kedua orang tua Bennett menganut Yudaisme Ortodoks Modern.
Setelah berpindah ke Israel, mereka bermukim selama beberapa bulan di kibbutz Dafna, dimana mereka belajar bahasa Ibrani, kemudian menetap di wilayah Ahuza, Haifa. Jim Bennett adalah seorang broker real estate sukses yang beralih menjadi wirausahawan real estate.
Ibu Bennett, Myrna, menjadi deputi direktur jenderal program utara Asosiasi Orang-Orang Amerika dan Kanada di Israel.
Salah satu dari dua saudara Naftali Bennett, Asher, adalah seorang pengusaha yang sekarang berbasis di Britania Raya. Saudaranya yang lain, Daniel, adalah seorang akuntan untuk Layanan Perkapalan Terintegrasi Zim.
Naftali Bennett masuk SMA Yeshiva Yavne di Haifa dan menjadi pemimpin (“Madrich”) dari organisasi pemuda Zionis relijius Bnei Akiva.
Karier Militer
Pada penugasan nasionalnya dalam Pasukan Pertahanan Israel, ia bertugas dalam unit Sayeret Matkal dan Maglan sebagai komandan perusahaan; ia masih bertugas dalam reserve pada saat ini dengan gelar mayor.
Bennett bertugas dalam zona keamanan Israel di Lebanon pada masa konflik Lebanon Selatan 1982–2000. Ia ikut dalam beberapa operasi, termasuk Operasi Grapes of Wrath.
Setelah penugasan IDF-nya, Bennett meraih gelar hukum dari Universitas Ibrani Yerusalem. Pada masa Perang Lebanon 2006, ia diangkat menjadi reservis dan ikut dalam mencari dan menghancurkan misi di balik garis-garis musuh, beroperasi melawan para peluncur roket Hizbullah.
Pembenci Palestina
Sejumlah pihak menilai kepemimpinan Bennett tak akan membantu mencerahkan prospek perdamaian Israel-Palestina.
Selama ini Bennett dikenal penentang solusi dua negara dalam penyelesaian konflik Israel-Palestina.
“Selama saya memiliki kekuatan dan kendali, saya tidak akan menyerahkan satu sentimeter pun tanah Israel,” kata Bennett dalam sebuah wawancara pada Februari 2021.
Dikutip Reuters, Bennett bahkan pernah mengatakan bahwa pembentukan negara Palestina merupakan tindakan bunuh diri bagi Israel. Ia beralasan hal itu terkait faktor keamanan warga Israel.
Pada 2013, Bennett juga pernah berpidato dan menyebutkan “warga Palestina yang merupakan teroris” harus dibunuh daripada dibebaskan.
“Saya telah membunuh banyak orang Arab di hidup saya, dan itu tidak masalah,” kata mantan Komando Israel itu beberapa waktu lalu seperti dikutip Anadolu.