Harga minyak global melesat ke level US$100 per barel untuk pertama kalinya sejak 2014. Ini merupakan pukulan ganda bagi ekonomi dunia lantaran menekan prospek pertumbuhan dan menaikkan tingkat inflasi.
Data Bloomberg hingga 12.16 WIB, minyak Brent melonjak 4,65 persen atau 4,50 poin ke US$101,34 per barel sementara minyak WTI naik 4,59 persen atau 4,23 poin ke US$96,33 per barel.
Bloomberg edisi Kamis (24/2/2022), lonjakan harga minyak merupakan kombinasi yang mengkhawatirkan bagi Federal Reserve AS dan sesama bank sentral karena mereka berusaha menahan tekanan harga terkuat dalam beberapa dekade tanpa menggagalkan pemulihan ekonomi dari pandemi.
Kontrak berjangka di London melonjak sebanyak 3,3 persen karena eskalasi dramatis Rusia dari krisis Ukraina memicu kekhawatiran gangguan pada ekspor energi penting di kawasan itu.
Eksportir energi mendapat manfaat dari lonjakan, tapi pengaruh minyak pada ekonomi tidak seperti dulu. Pasalnya sebagian besar dunia akan terpukul karena perusahaan dan konsumen mendapati tagihan mereka meningkat dan daya belanja terhimpit oleh makanan, transportasi, dan pemanas yang lebih mahal.
“Kenaikan harga minyak akan mengintensifkan tekanan pada bank sentral di seluruh dunia untuk memajukan siklus pengetatan mereka dan menaikkan suku bunga lebih agresif untuk menahan risiko inflasi,” kata Chua Hak Bin, ekonom senior di Maybank di Singapura.
JPMorgan Chase & Co. memperingatkan kenaikan hingga US$150 per barel hampir akan menghentikan ekspansi global dan mengirim inflasi melonjak hingga lebih dari 7 persen, lebih dari tiga kali lipat tingkat yang ditargetkan oleh sebagian besar pembuat kebijakan moneter. Minyak telah melonjak seiring dengan reli yang lebih luas dalam harga komoditas.
Faktor-faktor pendorongnya termasuk kebangkitan permintaan di seluruh dunia pasca-lockdown ditambah dengan ketegangan geopolitik dan rantai pasokan yang tegang. Prospek untuk kesepakatan nuklir Iran yang diperbarui terkadang mendinginkan pasar. Namun, kenaikan harga minyak telah menusuk.
Hanya dua tahun yang lalu, harga minyak berjangka jatuh sebentar di bawah nol. Bahan bakar fosil yakni minyak, serta batu bara dan gas alam menyediakan lebih dari 80 persen energi ekonomi global.