ASPEK.ID, JAKARTA – Di tengah pandemi COVID-19, PT Garuda Maintenance Facility Aero Asia Tbk (GMFI) telah memetakan fokus penguatan seluruh lini bisnis yang berdampak pada kinerja Perseroan secara keseluruhan.
Pemulihan strategi yang diambil untuk menjaga kelangsungan bisnis dan membuat bisnis lebih ramping ke arah yang baru normal.
Pasalnya, industri penerbangan dan industri pendukungnya diprediksi akan tumbuh penuh pulih ke level sebelum pandemi pada tahun 2024.
Namun demikian, pasar domestik diproyeksikan pulih lebih cepat dari pasar internasional, yang akan menguntungkan pasar domestik negara yang relatif kuat.
Selain itu, segmen kargo ini juga dilaporkan sebagai segmen bisnis potensial yang terus tumbuh di tengah pandemi. Menurut laporan IATA untuk April 2021, bisnis kargo masih tumbuh ini tahun.
Pendapatan kargo diharapkan mencapai $ 152 miliar atau sepertiga dari pendapatan industri, yang meningkat signifikan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya sebesar 10-15%
Ini menguntungkan Perusahaan dimana GMF mengalami peningkatan volume pekerjaan pemeliharaan berat, khususnya untuk pesawat kargo asing.
Direktur Utama GMF I Wayan Susena mengatakan, penguatan bisnis kargo merupakan hal yang peluang bagi GMF untuk menggarap pasar konversi penumpang ke barang (preighter).
“Di dalam 2020 hingga 2021, GMF telah mengonversi tiga pesawat preighter milik Garuda Indonesia Group. Untuk memastikan kelangsungan bisnis, GMF juga melakukan inisiatif bisnis lainnya saat ini atau di masa depan dengan mendiversifikasi bisnis ke segmen yang paling tidak terkena dampak pandemi, seperti seperti layanan tenaga, militer dan pertahanan, serta jet bisnis/pribadi,” jelas Wayan, Rabu (28/7).
Namun, GMF tidak memungkiri bahwa segmen perawatan pesawat komersial tetap menjadi kontributor terbesar bagi pendapatan Perseroan.
Hal ini tercermin dalam Laporan Keuangan yang telah diaudit Laporan tahun buku 2020 dimana GMF berhasil mencatatkan pendapatan sebesar MUSD 258.3.
Pendapatan tersebut sebagian besar disumbangkan oleh perbaikan dan overhaul sebesar MUSD 175,1, diikuti oleh pemeliharaan lini sebesar MUSD 52,6, dan operasi lain sebesar MUSD 26.
Selain itu, Perusahaan juga melakukan berbagai inisiatif efisiensi untuk menekan biaya operasional, antara lain karyawan, material, subkontrak, dan biaya operasional lainnya. Inisiatif ini berhasil mengurangi biaya sebesar 25,3% dari tahun sebelumnya.
Mengingat kondisi industri penerbangan yang menantang, upaya ini akan terus dilakukan dilakukan pada tahun 2021.
Selain itu, Perseroan telah mempersiapkan dan mengimplementasikan beberapa strategi langkah-langkah untuk memitigasi dampak pandemi dan menjaga kelangsungan usaha.
“Di tengah tinggi ketidakpastian dan kompleksitas, GMF fokus menjaga arus kas dan likuiditas. Langkah ini diwujudkan melalui pengelolaan piutang dan kas masuk, penundaan belanja modal (CAPEX) pada proyek non-prioritas, inisiatif efisiensi biaya operasional dan penyesuaian and biaya operasional, negosiasi ulang kontrak vendor, dan restrukturisasi utang dengan kreditur untuk pinjaman jangka pendek dan jangka panjang,” kata Wayan.
GMF juga membuka peluang bagi lessor untuk melakukan perjanjian tripartit, baik secara langsung atau melalui maskapai penerbangan. Hal ini bertujuan untuk menambah cash in bagi GMF di tengah kesulitan maskapai penerbangan. kondisi pendanaan.
Melalui skema ini, hingga Juni 2021, GMF mencatatkan pertumbuhan pendapatan sebesar lebih dari 200% dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya untuk pekerjaan pengiriman ulang oleh lessor.
Strategi pemulihan juga merupakan tindak lanjut tanggapan atas opini auditor. Pendapat penafian didasarkan pada ketidakpastian material atas likuiditas grup sebagai akibat dari pembatasan perjalanan akibat pandemi COVID-19 yang berdampak buruk terhadap maskapai penerbangan yang menjadi andalan Perseroan pelanggan.
Manajemen dan pemegang saham telah mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk meningkatkan kondisi keuangan Grup, namun belum sepenuhnya terealisasi.
Oleh karena itu, auditor tidak dapat memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat untuk mendukung asumsi bahwa rencana manajemen dapat dicapai dalam jangka waktu yang diperlukan.
Namun demikian, Perusahaan tetap menghargai independensi auditor dalam menyampaikan pendapat berdasarkan pelaksanaan audit laporan keuangan tahun buku 2020 dilakukan sesuai dengan standar audit yang berlaku.
“Dengan berfokus pada keberlanjutan strategi pemulihan keuangan, diversifikasi bisnis, dan keunggulan operasional bagi pelanggan, GMF diharapkan dapat menjaga kelangsungan usaha dan mewujudkan visi barunya sebagai perusahaan MRO paling berharga di tahun 2024,” pungkas Wayan.
Profil Singkat
PT Garuda Maintenance Facility Aero Asia Tbk (GMF) adalah perusahaan yang bergerak di bidang pemeliharaan, perbaikan, dan overhaul pesawat terbang dan jasa industri.
Sebagai MRO terbesar penyedia layanan di Indonesia, dengan pengalaman lebih dari 70 tahun, GMF berasal sebagai Divisi Teknis Garuda Indonesia. Terletak di Bandara Internasional Soekarno Hatta, GMF memiliki pelanggan dari lebih dari 60 negara di seluruh dunia.
Sebagai MRO kelas dunia, GMF memiliki memperoleh sertifikasi otoritas penerbangan sipil dari lebih dari 20 negara, termasuk FAA (Amerika), EASA (Eropa), CASA (Australia), dan DGCA (Indonesia).
Pada tahun 2017, GMF menjadi perusahaan publik dengan melepas sahamnya ke publik. Saat ini, GMF sedang mengembangkan bisnisnya dengan menembus pasar mesin turbin gas industri.




















