ASPEK.ID, JAKARTA – Kepala Badan Kepegawaian Negara (BKN) Bima Haria Wibisana menjelaskan peserta tes wawasan kebangsaan (TWK) diajukan pertanyaan memilih Pancasila atau al-Quran dari asesor karena hasil indeks moderasi bernegara (IMB-68) dan profilingnya hancur.
“Ini sebetulnya pertanyaan berat. Kalau ada seseorang yang ditanya asesor pilih al-Quran atau Pancasila, maka dia termasuk kategori berat, jelasnya di Jakarta, Sabtu (19/6.2021) dikutip dari Antara.
Bima mengatakan pertanyaan itu digunakan asesor karena pertanyaan itu paling sering digunakan oleh teroris untuk merekrut calon-calon teroris.
Sehingga, para asesor akan melihat respons dari peserta tes wawasan kebangsaan yang ditanyakan perihal memilih Pancasila atau Alquran.
Jika seseorang memiliki pemahaman agama atau Pancasila yang terbatas maka dengan cepat akan menjawab agama.
Namun, jika peserta itu memiliki pemahaman agama yang lebih baik, ia akan bingung karena dalam agama ada unsur Pancasila dan Pancasila juga tidak bertentangan dengan agama.
“Jadi kebingungan inilah yang ditangkap oleh asesor sehingga mengetahui seseorang berada di level mana,” ujar Bima.
Bima menyatakan makna pertanyaan memilih Pancasila atau al-Quran dalam tes itu sejatinya bukan perkara Pancasila atau agama melainkan lebih melihat respons peserta.
“Perlu diketahui sebenarnya yang ingin dilihat asesor adalah respons dari pertanyaan, bukan jawabannya,” pungkasnya.