ASPEK.ID, JAKARTA – Kepala BPPT Hammam Riza menyebutkan kehadiraan PUNA Elang Hitam merupakan upaya lompatan teknologi menjangkau teknologi maju di masa depan menuju Indonesia emas di tahun 2045. Drone ini siap diterbangkan pada akhir 2021.
PUNA Elang Hitam dapat beroperasi otomatis dan memiliki daya tahan terbang lebih dari 24 jam dikembangkan bersama dalam sebuah konsorsium nasional yang melibatkan Kementerian Pertahanan, TNI AU, BPPT, LAPAN, ITB, PT DI, dan PT LEN.
BPPT ditunjuk sebagai koordinator Prioritas Riset Nasional (PRN) PUNA Elang Hitam sesuai dengan Peraturan Menteri Ristekdikti No. 38 Tahun 2019.
“Tujuan akhir dari Konsorsium PUNA Elang Hitam yaitu mengakomodir kebutuhan alat utama sistem senjata (Alutsista) TNI khususnya drone jenis kombatan yang sekelas dengan drone canggih milik Turki (AnKA), Amerika Serikat (Predator), dan Israel (Heron),” ungkap Hammam, Selasa (10/8/2021) di Jakarta.
Hammam menuturkan penguasaan teknologi PUNA Elang Hitam dapat menjadi sarana bagi kemajuan teknologi pertahanan nasional yang secara bertahap dapat membangun kemandirian teknologi sub-sistem PUNA jenis MALE oleh anggota konsorsium.
Hal tersebut dimaksudkan untuk menghasilkan produk drone MALE kombatan yang dapat diterima TNI AU sesuai persyaratan operasi dan spesifikasi teknis yang dituangkan ke dalam system requirement document (SRD).
Kegiatan PUNA Elang Hitam, disebutkan Hammam, memiliki 3 sub kegiatan pendukung, yakni pembangunan platform (wahana), pembangunan flight control system (FCS) dan mission system, serta pembangunan sistem senjata dan integrasinya.
Dalam kesempatan yang bertepatan dengan peringatan Hakteknas, 10 Agustus, Hammam berujar virtual open house PUNA Elang Hitam memberikan kesempatan kepada publik untuk mengikuti kegiatan yang dilakukan oleh anggota konsorsium PUNA Elang Hitam.
Masyarakat dapat mengetahui kegiatan yang dilaksanakan tidak hanya di BPPT, namun juga di LAPAN dan PT DI dalam rangka menyiapkan PUNA Elang Hitam.
“Saya mengajak semua pihak untuk mensukseskan agar PUNA Elang Hitam dapat terbang perdana di 2021 dan menjalankan pentahapan sebaik-baiknya agar mampu mewujudkan misi kombatan di tahun 2025,” ajaknya.
PUNA Elang Hitam yang dikembangkan BPPT bukanlah sekadar drone yang biasa kita lihat sehari-hari. Pesawat tanpa awak versi tipe ini, dibangun khusus untuk kepentingan pertahanan dan keamanan khususnya di lingkungan TNI.
Drone berjenis MALE ini akan memiliki jangkauan jelajah operasi 23.000 kilometer non-stop dengan ketahanan terbang tinggi selama 30 jam, siang dan malam, dalam radius 250 km.
Dengan kemampuan tersebut, PUNA Elang Hitam akan digunakan untuk membantu Kementerian Pertahanan, dalam menjaga pertahanan dan keamanan negara.
Secara fisik, PUNA Elang Hitam memiliki panjang 8,30 meter dan bentang sayap sepanjang 16 meter. Kegiatan pengembangan PUNA Elang Hitam sendiri dimulai sejak tahun 2015, dimulai dari inisiasi Balitbang Kementerian Pertahanan (Kemhan) yang kemudian dilanjutkan secara paralel bersama pihak BPPT.
PUNA Elang Hitam pun diharapkan dapat menghemat devisa nasional sehingga banyak nilai tambah dari proses desain, manufakturing yang dapat diserap ke dalam negeri.
Di samping penghematan pada pengadaan PUNA Elang Hitam, penguasaan desain dan rancang bangun PUNA Elang Hitam makan akan menumbuhkan industri pesawat nir-awak serta industri komponen/pendukung lainnya, seperti motor listrik servo, landing gear, yang sesuai agar PUNA Elang Hitam dapat terus beroperasi secara berkelanjutan.