ASPEK. ID – Kementerian PUPR terus mendorong pelaku industri jasa konstruksi melakukan inovasi, kreativitas dan perubahan kultur sebagai kunci memenangkan persaingan. Ditambah membangun daya tahan industri konstruksi di tengah pelemahan ekonomi global.
Sebab, Indonesia saat ini menjadi pasar konstruksi terbesar di Asia Tenggara dan peringkat empat di Asia. Sektor konstruksi turut memberikan kontribusi 10% terhadap PDB di Indonesia.
Salah satu teknologi yang didorong PUPR adalah aplikasi Building Information Modelling (BIM). Penerapan BIM sebagai syarat menjaga kualitas proses konstruksi. Dunia konstruksi terpacu meningkatkan kemampuan dan praktek penggunaan BIM sebagai kewajiban di seluruh proyek.
“Penggunaan BIM sudah dimulai oleh Puslitbang Permukiman dalam perencanaan bangunan dan berkembang saat ini digunakan dalam perencanaan pembangunan Stadion Manahan Solo. Kedepan kita kembangkan dalam membangun bendungan,” kata Basuki di Bali, Jum’at (13/9/2019).
Manfaat dari penggunaan teknologi ini antara lain, meningkatkan efisiensi dan akurasi, proses desain dan konstruksi yang lebih ramping dan transparan, akurasi dalam setiap perhitungan, menghindari kesalahan mulai perencanaan hingga pelaksanaaan, waktu pelaksanaan yang lebih cepat dalam suatu proyek konstruksi.
Sebab BIM dapat mensimulasikan seluruh informasi proyek bangunan atau konstruksi ke dalam bentuk model 3D-7D, yaitu dengan menerapkan building data, project schedule, cost planning, energy analysis dan operation serta maintenance.
Ketua Asosiasi Kontraktor Indonesia, Budi Harto optimis pasar konstruksi Indonesia bisa tumbuh ditengah perlambatan ekonomi global. Salah satunya adalah rencana Ibu Kota Negara di Kalimantan Timur yang membutuhkan biaya sekitar Rp 466 triliun dari APBN, Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha serta investasi.
“Hal ini merupakan tantangan sekaligus peluang baru bagi semua kontraktor untuk ambil bagian dalam pembangunan Ibu Kota Negara tersebut, yang memerlukan penambahan infrastruktur secara masif,” jelasnya.