ASPEK.ID, JAKARTA – Satu pekan telah berlalu sejak Presiden Ke-3 RI Bacharuddin Jusuf Habibie meninggal dunia di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto Jakarta, Rabu (11/9/2019). BPPT sebagai salah satu legacy dari Presiden ke-3 ini menggelar doa bersama di Gedung Pusat Inovasi dan Bisnis Teknologi, Kawasan Puspiptek, Tangerang Selatan. Doa ini juga dihadiri oleh kedua anak BJ Habibie, Ilham Habibie dan Tarekh Habibie.
“Pesan penting dari Prof. Habibie adalah, kuasai teknologi bila negaramu ingin maju. Hal tersebut akan kami wujudkan dengan menghadirkan inovasi teknologi terbaik, karya anak bangsa,” papar Kepala BPPT Hammam Riza pada pembukaan acara bertajuk “Doa Bersama dan Pembacaan Obituari BJ Habibie” menyampaikan, bahwa semangat dan cita-cita BJ Habibie akan selalu diteruskan oleh BPPT.
Hammam menyebut bahwa semangat dan pemikiran visioner, merupakan contoh yang dapat kita teladani dari sosok Prof. BJ Habibie.
“Prof. Habibie adalah sosok yang sangat visioner pada era nya. Saat beliau menjabat sebagai Menteri Negara Riset dan Teknologi / Kepala BPPT di tahun 1978, Prof. Habibie telah mencita-citakan Indonesia menjadi negara maju melalui industrialisasi, dengan melakukan transformasi industri,” ungkap Hammam.
Filosofi Habibie yakni Berawal di Akhir, dan Berakhir di Awal, merupakan cara pandang Habibie terhadap teknologi. Artinya kata Hammam, dengan produk yang telah ada, lalu dilakukan reverse engineering, dan cari lisensinya, hingga dapat dibuat sendiri oleh kita.
Berawal di akhir dan berakhir di awal imbuhnya, merupakan hal yang wajar dilakukan, terlebih untuk produk yang teknologinya sudah proven dan digunakan oleh banyak negara.
“Contohnya seperti yang telah dilakukan Tiongkok, yang telah bisa memproduksi kereta cepat, seperti yang akan digunakan di koridor Jakarta – Bandung. Pertama kali yang mereka lakukan adalah membeli kereta cepat dari Jerman, mereka oprek (reverse engineering -red) sendiri, hingga akhirnya bisa mandiri dalam produksi, walau masih ada beberapa komponen yang impor dari Jerman,” kata Hammam.
Kepala BPPT mengenang momen terakhir diskusi dengan BJ Habibie, pada 29 Juli lalu. Saat itu kata Hammam, pertemuan di perpustakaan Habibie-Ainun di kediaman pribadi Presiden RI ke-3 BJ Habibie di Patra Kuningan Jakarta.
Saat itu urainya, BJ Habibie mengingatkan bahwa pembangunan Indonesia harus sesuai tujuan UUD 1945. Habibie pun sebut Hammam, yakin bahwa Indonesia bisa membuat pesawat dan riset-riset lainnya dengan sarana dan prasarana dari dalam negeri, sehingga dapat membuka lapangan kerja yang besar.
Keyakinan tersebut, ditanggapi oleh Ilham Habibie yang menuturkan bahwa Habibie adalah sosok yang penuh semangat.
“Bapak tidak pernah lelah,” ungkapnya.
Selain menjadi sosok yang penuh semangat, Habibie dituturkan Ilham, memiliki spirit atau jiwa yang penuh rasa positif.
“Spirit yang positif itu harus dikembangkan, yang negatif dijauhkan. Bapak itu seorang yang tidak membedakan, semua dirangkul, dan selalu melihat hal positif dari setiap orang,” urainya.
Terkait metodologi kerja Habibie menurut Ilham, sosok Habibie selalu memiliki visi yang terus dikembangkan. Khususnya dalam mencari solusi terbaik sebagai pemecahan masalah.
“Bapak selalu mengembangkan visi. Habibie terkait hal penyelesaian masalah itu tidak pernah menutup diri terhadap hal baru dan teknologi baru. Pengalaman, dedikasi, pelayanan terhadap negara, yang dimiliki oleh Habibie sangatlah tinggi,” paparnya dalam keterangan tertulis ke media.
Ilham Habibie mengingatkan ke depan, BPPT harus memberi solusi teknologi terhadap setiap masalah.
“Kita harus melihat terus perkembangan dunia, khususnya dalam hal perkembangan teknologi. Hal itu penting demi mendapatkan keunggulan yang berkelanjutan,” pungkasnya.