ASPEK.ID, JAKARTA – Harga minyak naik sekitar dua persen secara tiba-tiba pada akhir perdagangan Senin (9/9) atau Selasa (10/9) WIB, setelah Menteri Energi Arab Saudi, Pangeran Abdulaziz bin Salman, mengkonfirmasi tetap dengan kebijakan negaranya membatasi produksi minyak mentah.
Pangeran Abdulaziz, putra Raja Saudi Salman dan anggota lama delegasi Saudi untuk Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) menggantikan Khalid al-Falih pada Minggu (8/9/2019).
Ia mengatakan pilar kebijakan Arab Saudi tidak akan berubah dan kesepakatan global untuk memotong produksi minyak sebesar 1,2 juta barel per hari akan bertahan.
Dia menambahkan bahwa apa yang disebut aliansi OPEC+ antara OPEC dan negara-negara non-anggota termasuk Rusia akan bertahan untuk jangka panjang.
“Pengumuman akhir pekan tentang perubahan kepemimpinan dalam kementerian perminyakan Saudi disertai dengan saran kuat bahwa pembatasan produksi akan terus berlanjut sampai pasar mencapai keseimbangan yang lebih baik,” kata Jim Ritterbusch, Presiden Ritterbusch and Associates dilansir laman Antara.
Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman November naik 1,05 dolar AS atau 1,7 persen menjadi ditutup pada 62,59 dolar AS per barel, sementara minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Oktober naik 1,33 dolar AS atau 2,4 persen menjadi menetap di 57,85 dolar AS per barel.
Produksi minyak Rusia pada Agustus melampaui kuota berdasarkan perjanjian OPEC+. Produksi minyak OPEC pada Agustus naik untuk bulan pertama tahun ini karena pasokan yang lebih tinggi dari Irak dan Nigeria melebihi pengekangan oleh Arab Saudi dan kerugian yang disebabkan oleh sanksi AS terhadap Iran.
Eksekutif di Konferensi Perminyakan Asia Pasifik tahunan mengatakan pada Senin (9/9/2019) bahwa mereka memperkirakan harga minyak tahun ini akan tertekan oleh ketidakpastian seputar ekonomi global, perang perdagangan AS-China dan meningkatnya pasokan AS.