ASPEK.ID, JAKARTA – PT Garuda Maintenance Facility Aero Asia Tbk (GMF), anak perusahaan PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk, mengalami kerugian sebesar USD 328,8 juta atau sekitar Rp 4,7 triliun (kurs Rp 14.400 per dolar AS) di akhir tahun 2020.
Kerugian ini meningkat jika dibandingkan dengan akhir tahun 2019 yang mengalami kerugian sebesar USD 54 juta atau sekitar Rp 777 miliar.
Laporan keuangan GMF juga mendapatkan opini Disclaimer atau Tidak Menyatakan Pendapat dari auditornya.
Opini Disclaimer itu diberikan oleh Kantor Akuntan Publik (KAP) Tanudiredja, Wibisana, Rintis & Rekan.
Perseroan sendiri telah mempersiapkan dan mengimplementasikan beberapa strategi langkah-langkah untuk memitigasi dampak pandemi dan menjaga kelangsungan usaha.
“Di tengah tinggi ketidakpastian dan kompleksitas, GMF fokus menjaga arus kas dan likuiditas. Langkah ini diwujudkan melalui pengelolaan piutang dan kas masuk, penundaan belanja modal (CAPEX) pada proyek non-prioritas, inisiatif efisiensi biaya operasional dan penyesuaian and biaya operasional, negosiasi ulang kontrak vendor, dan restrukturisasi utang dengan kreditur untuk pinjaman jangka pendek dan jangka panjang,” kata Direktur Utama GMF, I Wayan Susena, Rabu (28/7).
GMF juga membuka peluang bagi lessor untuk melakukan perjanjian tripartit, baik secara langsung atau melalui maskapai penerbangan. Hal ini bertujuan untuk menambah cash in bagi GMF di tengah kesulitan maskapai penerbangan. kondisi pendanaan.
Melalui skema ini, hingga Juni 2021, GMF mencatatkan pertumbuhan pendapatan sebesar lebih dari 200% dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya untuk pekerjaan pengiriman ulang oleh lessor.
Strategi pemulihan juga merupakan tindak lanjut tanggapan atas opini auditor. Pendapat penafian didasarkan pada ketidakpastian material atas likuiditas grup sebagai akibat dari pembatasan perjalanan akibat pandemi COVID-19 yang berdampak buruk terhadap maskapai penerbangan yang menjadi andalan Perseroan pelanggan.
Manajemen dan pemegang saham telah mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk meningkatkan kondisi keuangan Grup, namun belum sepenuhnya terealisasi.
Oleh karena itu, auditor tidak dapat memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat untuk mendukung asumsi bahwa rencana manajemen dapat dicapai dalam jangka waktu yang diperlukan.
Namun demikian, Perusahaan tetap menghargai independensi auditor dalam menyampaikan pendapat berdasarkan pelaksanaan audit laporan keuangan tahun buku 2020 dilakukan sesuai dengan standar audit yang berlaku.
“Dengan berfokus pada keberlanjutan strategi pemulihan keuangan, diversifikasi bisnis, dan keunggulan operasional bagi pelanggan, GMF diharapkan dapat menjaga kelangsungan usaha dan mewujudkan visi barunya sebagai perusahaan MRO paling berharga di tahun 2024,” pungkas Wayan.
Profil Singkat
PT Garuda Maintenance Facility Aero Asia Tbk (GMF) adalah perusahaan yang bergerak di bidang pemeliharaan, perbaikan, dan overhaul pesawat terbang dan jasa industri.
Sebagai MRO terbesar penyedia layanan di Indonesia, dengan pengalaman lebih dari 70 tahun, GMF berasal sebagai Divisi Teknis Garuda Indonesia. Terletak di Bandara Internasional Soekarno Hatta, GMF memiliki pelanggan dari lebih dari 60 negara di seluruh dunia.
Sebagai MRO kelas dunia, GMF memiliki memperoleh sertifikasi otoritas penerbangan sipil dari lebih dari 20 negara, termasuk FAA (Amerika), EASA (Eropa), CASA (Australia), dan DGCA (Indonesia).
Pada tahun 2017, GMF menjadi perusahaan publik dengan melepas sahamnya ke publik. Saat ini, GMF sedang mengembangkan bisnisnya dengan menembus pasar mesin turbin gas industri.




















