Mantan Komisaris PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk., Peter F. Gontha mengungkapkan perihal ‘pemecatan’ dirinya dari maskapai pelat merah tersebut.
Pria yang pernah menjabat Duta Besar Indonesia untuk Polandia di era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) itu menyebut, pemecatan dilakukan karena ia dianggap sudah tidak sejalan dengan pimpinan yang lain.
Namun, dia justru tidak menyebut sama seklai siapa saja pimpinan yang dimaksud.
“Tahukah anda mengapa saya “dipecat” dari Garuda? Karena tidak sejalan dengan pikiran para pemimpinnya, sekarang kita menuai hasilnya,” kata Peter melalui unggahan di Instagram pribadinya, dikutip Jumat (29/10).
“Kasihan Chairul Tanjung, orang yang jelas menaruh uang pribadinya. SATU SATUNYA !!! Bukan orang yang ngatur2 uang Rakyat!,” tambah dia.
Baca Juga: Alvin Lie: Citilink Lebih Siap Ganti Garuda
Chairul Tanjung merupakan salah satu pemegang saham mayoritas di Garuda dengan kepemilikan saham 25,81 persen, di samping 60,54 persen saham yang dipegang oleh pemerintah.
Diketahui memang Peter selama ini dikenal vocal menyuarakan kondisi Garuda Indonesia. Bahkan, juga di waktu masih menjabat.
Di postingan yang lain, Peter juga menyentil sejumlah kebijakan yang membuat Garuda merugi hingga nasibnya sekarang di ujung tanduk dan mau dipailitkan.
Berikut ini beberapa postingan lain Peter F.Gontha terhadap bobroknya manajemen Garuda Indonesia:
“Boeing 777, harga sewa di pasar rata2 $750.000/bulan Garuda mulai dari hari pertama Bayar dua kali lipat? $1.400.000 per bulan. Uangnya kemana sich waktu di teken? pengen tau aja?,”.
“Pesawat CRJ Garuda yang salah beli, ada 17 buah. Siapa sich yang suruh beli? Siapa sich brokernya? Sekarang ngangur dan dibalikin. Ruginya jutaan?,”.
Baca Juga: Hampir Tak Ada Jalan Keluar Bagi Garuda Indonesia
“Pada tanggal 27 December 2O20 yang lalu pada waktu saya tengah berlibur di Bali, saya dituduh memperlambat atau mempersulit pencairan uang PMN ( penyertaan modal Negara) pada Garuda. Saya Dipaksa menyetujui penarikan Rp. 1 Triljun dati 7 triljun yang dijanjikan. Saya akhirnya tandatangan tetapai saya tau itu sama dengan buang Garam dilaut. Sejak Feb. 2020 saya sudah katakan satu satunya jalan adalah NEGO dengan para lessor asing yang semena2 memberi kredit pada Garuda selama 2012-2016 yang juga saya tentang. Direksi Tidak ada yg mau mendengar, DATA JEJAK DIGITALNYA ada pada saya. Disitupun saya dimusuhi. Saya minta berhenti bulan februari 2021 karena saya tidak ada guna sayabdibgaruda dan masih digaji terus dan dianggap selalu menghambat dan terlalu keras. Sekarang kita harus tanggung kebodohon2 itu. Dan tulisan ini akan menjadikan saya tambah dibenci dikalangan “MEREKA”, tapi untung Ibu SMI dan Presiden mengatakan yang sama, Kasih uang PMN ke Garuda sama dengan buang garam kelaut. Saya menulis status ini dengan tanggung jawab disaya yang sebesar besarnya,”.
“Perserikatan Asosiasi Pilot Garuda merupakan salah satu kendala dalam merestrukturisasi perusahan penerbangan nasional kita. saya tanggung jawab tuduhan saya ini sepenuhnya. Mereka sama sekali tidak mau menurukan hak mereka selama Pandemi, dan semoga mereka menyadarainya. sekarang mereka pun akan menanggung akibatnya.”
“Setiap Awak Cockpit Garuda harus membayar iuran mulai dari Rp200.000 per bulan sampai Rp 500.000 perbulan. Sudah selama berpuluh tahun, Hitung saja kalau pilot Garuda ada 1000 – 1500 orang. Berapa jumlahnya? Kemana uangnya? Sebaiknya di Audit,”.