Uang beredar dalam arti luas (M2) diproyeksikan akan meningkat cukup tinggi pada pesta demokrasi 2024. Kepala Ekonom PT Bank Mandiri Tbk. (BMRI) Andry Asmoro menyampaikan selama empat bulan sebelum pemilu dan satu bulan setelah pemilu, tren M2 sejak Pemilu 2004 selalu meningkat.
“Pada 2014 Rp165,5 triliun, 2019 segitu [Rp189,7 triliun] dan ini naik Rp20 triliun – Rp30 triliun. Tahun ini [Pemilu 2024] bisa naik lebih kencang,” ungkapnya dalam Media Gathering Perkembangan Ekonomi Global dan Indonesia 2023 secara daring, Selasa (19/12/2023).
Asmo, sapaannya, memaparkan M2 dalam pemilu 2004 meningkat Rp14,8 triliun. Sementara pada pemilu 2009, M2 meningkat Rp82,7 triliun. Kemudian pada pemilihan presiden pada 2014, posisi M2 meningkat hingga Rp165,5 triliun, sementara pada 2019 naik hingga Rp189,7 triliun. Artinya, bila sesuai dengan proyeksi Asmo, uang beredar pada pemilu 2024 akan naik lebih tinggi dari sebelumnya, akan tembus setidaknya di angka Rp219,7 triliun.
Untuk itu, Asmo berharap peredaran uang yang semakin tumbuh dapat mendorong aktivitas masyarakat untuk belanja dan mendorong pertumbuhan ekonomi.
“Bayangkan kami menghadapi the longest and the largest election di Indonesia, diharapkan uang beredar lebih tinggi lagi, ini political driven untuk konsumsi,” lanjutnya.
Melihat data Bank Indonesia (BI) per Oktober 2023 atau empat bulan sebelum Pemilu 2024, posisi M2 pada Oktober 2023 tercatat sebesar Rp8.505,4 triliun atau tumbuh 3,4% secara tahunan (year-on-year/yoy), setelah pada bulan sebelumnya tumbuh sebesar 6,0% yoy.
Utamanya, pertumbuhan didorong oleh pertumbuhan uang kuasi sebesar 7,8% yoy. Uang kuasi dengan pangsa 44,5% dari M2, tercatat sebesar Rp3.787,3 triliun, terutama dikontribusi oleh simpanan berjangka yang tumbuh sebesar 6,4% yoy pada Oktober 2023.