ASPEK.ID, JAKARTA – Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir ingin membentuk klaster industri manufaktur. Salah satu tujuannya yakni untuk mendukung percepatan pembangunan kilang Pertamina.
“Kami diminta dua yang utama yakni mendukung percepatan pembangunan kilang Pertamina dan PLN,” ujar Direktur Utama PT Barata Indonesia Fajar Harry Sampurna di Jakarta, Selasa (7/2).
“Kemudian pembangunan baru pabrik heavy machinery di Gresik. Tapi pabrik turbinnya ada di Cilegon,” tambahnya.
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) RI melalui Keputusan Nomor 284/MBU/11/2019 telah menunjuk PT Barata Indonesia (Persero) menjadi anggota tim percepatan pembangunan kilang minyak milik PT Pertamina (Persero).
Penugasan yang diterima oleh Barata Indonesia, beserta dengan beberapa perusahaan lain adalah menyelesaikan Proyek Kilang Minyak milik PT Pertamina (Persero) yang menjadi Program Strategis Nasional.
Penugasan Barata Indonesia tersebut juga dilatarbelakangi oleh upaya pemerintah untuk meningkatkan persentase TKDN dalam Megaproyek Kilang Pertamina.
Industri manufaktur dikatakannya memang harus didorong untuk meningkatkan kompetensi dan kapasitas dalam mendukung pembangunan strategis seperti kilang dan industri berat lainnya sehingga dapat menciptakan efek multiplier dalam pertumbuhan ekonomi nasional.
Fajar mengatakan keenam perusahaan yang akan membentuk kluster industri manufaktur tersebut terdiri dari PT Barata, PT Boma Bisma Indra (BBI), PT Dok Perkapalan Surabaya (DPS), PT Dok Kodja Bahari (DKB), PT Industri Kereta Api (Inka) dan PT Industri Kapal Indonesia (IKI) dengan Barata sebagai koordinatornya.
“Produksinya macam-macam seperti kapal, turbin, alat-alat berat, pokoknya berkaitan dengan industri produsen alat-alat berat,” katanya.
Pembentukan kluster itu juga sekaligus untuk melakukan penyehatan dan melakukan konsolidasi sehingga keenam perusahaan ini saling sinergi dalam produksi-produksi seperti pembuatan kapal laut, pemeliharaan, mendukung Pertamina untuk percepatan pembangunan kilang, lalu pembangkit untuk PLN.
“Tahapannya kita mengonsolidasikan operasi terlebih dahulu, pemeliharaan, kemudian kita juga mendukung Pertamina untuk percepatan pembangunan kilang, pembangunan pembangkit untuk PLN,” ujar Fajar Harry.
Dia juga menambahkan bahwa yang ingin dicapai dari pembentukan kluster ini adalah skala bisnis, efisiensi, pertukaran tenaga kerja, lalu mempercepat rantai teknologi dan ditargetkan selesai pemebntukannya di tahun ini.
“Bentuknya mungkin holding, rencana sebelumnya bernama National Shipbuilding and Heavy Industry (NSHI) cuma sekarang dalam surat keputusannya Menteri berganti namanya menjadi kluster industri manufaktur mengingat PT PAL ikut kluster industri pertahanan,” jelasnya.