ASPEK.ID, JAKARTA – Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) menyatakan KRI Nanggala-402 masih sangat layak beroperasi.
Demikian kata Teguh Muttaqi, Perekayasa pada Pusat Teknologi Industri Pertahanan dan Keamanan BPPT yang pernah mengambil program doktor bidang kapal selam di Korea Selatan.
“Kapal itu sudah di-refurbish [diperbarui] pada 2012,” ungkap Teguh, Sabtu (24/4/2021).
Teguh menuturkan sistem dan teknologi di KRI Nanggala diperbarui di Korea Selatan. Prosesnya menuntut bagian lambung kapal selam yang bertekanan (ballast) dilepas dan kemudian dipasang kembali.
Pada proses pemasangan kembali itu mungkin tak menghasilkan kondisi yang sama seperti saat kapal selam itu baru datang dari Jerman pada 1981. Teguh meyakini kondisi KRI Nanggala tetap layak. Alasannya, semua sistem telah diperbarui.
“Selain itu, sebelum diserah-terimakan kapal juga telah diuji coba penyesuaian komponen untuk beradaptasi saat dioperasikan,” katanya dikutip dari Bisnis.
Uji coba dengan cara KRI Nanggala direndam di laut dengan kondisi normal 200-300 meter. Adapun daya selam pada mode tempur KRI Nanggala mencapai 2,5 kali kedalaman batas normal. Artinya, KRI Nanggala-402 bisa menyelam hingga kedalaman 500-600 meter.
Teguh menilai sangat kecil potensi kerusakan. Apalagi, dia menambahkan, nakhoda kapal selam memiliki spesifikasi orang yang taat prosedur.
“Kalau saya lihat sebenarnya human error sangat kecil yang bisa menyebabkan kapal itu tenggelam. Sampai sekarang saya juga masih bertanya-tanya,” katanya.
Berbeda halnya dengan potensi kegagalan operasi. Teguh menyebut saat pendistribusian arus listrik di kapal.
Dia menerangkan awal pengoperasian kapal tersebut digerakkan menggunakan genset yang memiliki arus listrik searah (DC) yang harus diubah menjadi arus bolak balik (AC).
“Kegagalan pengubahan distribusi aliran listrik ini bisa terjadi meski kemungkinannya juga kecil,” tandasnya.




















