ASPEK.ID, JAKARTA – Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Erick Thohir, sepertinya sangat terpincut dengan pusat perbelanjaan Sarinah yang terletak di kawasan Thamrin, Jakarta Pusat.
Sarinah sekarang memang terlihat seperti sebuah pesona yang sudah meredup meski terletak di tengah-tengah ibukota. Padahal, Sarinah menyandang status sebagai pusat perbelanjaan pertama di Indonesia dan juga pencakar langit pertama di Jakarta.
Setelah kehadiran Sarinah yang memiliki ketinggian 74 meter dengan 15 lantai itu, gedung-gedung pencakar langit baru pun bermunculan. Ada Wisma Nusantara dengan tinggi 117 meter dan memiliki 30 lantai (1972) serta kemudian disaingi oleh Mandarin Oriental Hotel yang memiliki 28 lantai (1976).
Sejarah Sarinah
Sarinah sendiri resmi didirikan pada 17 Agustus 1962 dengan nama PT Department Store Indonesia, dan resmi membuka pintunya serta melayani masyarakat pada 15 Agustus 1966.
Sebagai BUMN, Sarinah bertujuan untuk mewadahi kegiatan perdagangan ritel dan menjadi roda penggerak ekonomi Indonesia. Sepanjang keberadaannya, komitmen Sarinah tetap melekat pada kecintaan terhadap barang-barang produk dalam negeri dan dukungan terhadap usaha kecil.
Sarinah mewujudkan komitmen terhadap misi mendukung dan mendorong pembangunan ekonomi Indonesia melalui berbagai upaya untuk mempromosikan produk kerajinan lokal seperti batik. Pada 10 April 1979, Sarinah secara resmi berganti nama menjadi PT Sarinah (Persero).
Perhatian Pertama
Pada 23 Oktober 2019 malam, atau beberapa jam usai Erick Thohir dilantik sebagai Menteri BUMN, pendiri Mahaka Group itu langsung menyebut nama Sarinah, perusahaan pelat merah yang bergerak di bidang ritel itu.
Jika dibandingkan 142 BUMN yang ada saat ini, nama maupun kualitas Sarinah tentu kalah jauh mentereng ketimbang BUMN kelas atas seperti Pertamina, PLN, Telkom maupun BUMN perbankan seperti Bank Mandiri, BNI atau BRI.
Namun, kenapa harus Sarinah yang di tahun 2018 lalu ‘hanya’ berhasil mengumpulkan laba bersih sebesar Rp 20 miliar?
Mungkin saja Erick Thohir sudah terlanjur jatuh hati dengan Sarinah. Di kantor Kementerian BUMN kala itu, Erick Thohir mengatakan bahwa model bisnis yang dijalankan oleh PT Sarinah (Persero) sudah ketinggalan zaman alias kuno.
“Di era e-commerce sekarang, kita masih jual ritel seperti old days. Ya enggak bisa,” ujar Erick.
Pusat UMKM
Kemudian, Sarinah kembali menjadi pembahasan saat Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki datang menjumpai langsung Menteri BUMN Erick Thohir di kantor Kementerian BUMN, Kamis (5/12).
Kepada wartawan, Teten mengatakan salah satu agenda pertemuan adalah untuk membahas pengembangan pusat perbelanjaan Sarinah sebagai showroom usaha mikro kecil menengah (UMKM).
“Kami melakukan koordinasi karena ada sinergi BUMN dengan program-program kami, terutama menyangkut pengelolaan Sarinah. Kami membicarakan bagaimana Sarinah bisa menjadi showroom bagi semua produk UMKM Indonesia,” kata Teten.
Terkait konsepnya apakah ritel atau bebas cukai (duty free), Teten menyebut hal itu masih dalam kajian dan masih dalam pembahasan serta konsep bisnis Sarinah akan diubah.
Sarinah disebut akan menjadi sentra dan memudahkan pelancong mencari barang-barang UMKM karena kata Teten, pihaknya punya prioritas dari segi bisnis untuk mempromosikan produk UMKM dan Sarinah akan jadi center buat produk UMKM.
Strategi Erick Thohir
Pada Kamis (26/12), Menteri BUMN Erick Thohir melakukan kunjungan ke Sarinah. Melalui postingan di akun instagram @erickthohir, Erick mengatakan bahwa Sarinah punya potensi besar untuk menarik pengunjung serta turis yang berkunjung ke Jakarta.
Dalam rekaman video yang diunggah, Erick Thohir membeberkan beberapa langkah dan strategi yang akan dilakukannya, untuk mempercantik dan membuat Sarinah kembali menjadi menarik, layaknya primadona ibukota.
1. Renovasi Gedung
Langkah pertama yang akan dilakukan oleh Erick Thohir yakni melakukan renovasi besar-besaran terhadap Sarinah. Renovasi atau pembaharuan dikatakannya meliputi bagian dalam dan luar gedung.
“Masih ada potensinya, apalagi nanti banyak turis yang ke Jakarta. Memang ini sudah sejak tahun 1963, memang harus ada renovasi. Nah ini yang akan kita ubah, tidak hanya di dalam, gedungnya juga renovasi,” kata dia.
2. Kualitas dan Kuantitas Produk
Tidak hanya melakukan renovasi terhadap gedung saja, Erick Thohir juga ingin produk yang dijual di Sarinah harus mengalami peningkatan baik itu dari segi kualitas maupun kuantitasnya.
Salah satu strateginya adalah dengan melakukan kurasi atau pemilihan terhadap produk UMKM yang bagus dan berkualitas. Disamping itu, Erick juga menginginkan Sarinah menjadi pusat kuliner Indonesia
“Tapi itu sebenarnya hanya hardware, kan yang penting softwarenya. Softwarenya apa? Produk-produk di dalamnya, harus upgrade. Ini yang kita mau selain tadi produk dalam negeri, ada juga UKM yang dipilih, yang bagus semuanya,” tambahnya.
3. Sarinah Bisa Grosiran
Erick Thohir juga menyebutkan bahwa Sarinah di masa mendatang tidak hanya melayani pembelian barang dalam jumlah yang sedikit, tapi bisa menampung permintaan pembeli dalam jumlah yang banyak.
“Ada transaksi individu juga ada transaksi grosir. Bisa saja ada pembeli luar negeri mau beli banyak. Itu yang akan kita sinergikan,” kata Erick.
4. Duty Free
Erick Thohir juga ingin membuat Sarinah menjadi tempat barang duty free alias tanpa pajak dan hal ini dikatakannya sudah dikomunikasikan dengan Menteri Keuangan Sri Mulyani.
“Karena kalau kita lihat di Jakarta tidak ada duty free di tengah kota, di Bali ada. Di Jakarta (harusnya) boleh, saya kira Bu Sri Mulyani juga mendukung (soal duty free),” kata Erick.
5. Rombak Manajemen
Langkah terakhir yang akan dilakukan oleh Erick Thohir untuk mewujudkan ambisinya untuk mempercantik Sarinah adalah dengan melakukan perombakan terhadap manajemen yang selama inimengelola Sarinah.
“Karena itu, saya ingin upgrade manajemen Sarinah,” tukas Erick.