ASPEK.ID, JAKARTA – Penutupan perdagangan Jum’at lalu (1/11/2019), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ada pada level 6.207,19 poin dan tercatat melemah 0,72% dalam sepekan.
Tak pelak, capaian ini menjadikan IHSG satu-satunya bursa saham acuan di Asia yang membukukan hasil negatif. Hal ini juga sebanding dengan data Badan Pusat Statistik (BPS) yang mencatat laju inflasi bulan September yang tumbuh 0,2% secara bulanan (MoM) dan 3,13% secara tahunan (YoY).
Emiten PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) menjadi salah satu top losers setelah sepanjang pekan ini terkoreksi sebesar 20,94%. PGAS yang mulai melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 15 Desember 2003 ini amblas dan menutup perdagangan Jum’at di level Rp 4.700/saham.
Selain PGAS, sejumlah perusahaan yang masuk kedalam top looser dilansir dari laman CNBC adalah PT Bliss Properti Indonesia Tbk (POSA) yang anjlok hingga 32,98%, dari Rp 94/saham menjadi Rp 63/saham. Lalu ada PT Sentral Mitra Informatika Tbk (LUCK) yang mengalami koreksi 30,85% dalam pekan ini menjadi Rp 975/saham.
Kemudian ada anak usaha PT Pelindo II, PT Indonesia Kendaraan Terminal Tbk (IPCC) juga masuk di jajaran top losers karena melemah 27,83%, dari Rp 1.060/saham menjadi Rp 765/saham serta PT Pudjiadi & Sons Tbk (PNSE) yang anjlok 22,41%, dari Rp 580/saham menjadi Rp 450/saham.
PROFIL PT PGN
PGN adalah perusahaan nasional Indonesia terbesar di bidang transportasi dan distribusi gas bumi yang berperan besar dalam pemenuhan gas bumi domestik. Bidang usaha PGN adalah pengangkutan dan niaga gas bumi.
PGN mengoperasikan jalur pipa distribusi gas sepanjang lebih dari 3.750 km, menyuplai gas bumi ke pembangkit listrik, industri, usaha komersial termasuk restoran, hotel dan rumah sakit, serta rumah tangga di wilayah-wilayah yang paling padat penduduknya di Indonesia. PGN mendapatkan keuntungan dari penjualan gas kepada konsumen.
PGN memiliki anak perusahaan dan afiliasi antara lain, PT Transportasi Gas Indonesia, PT PGAS Telekomunikasi Nusantara, PT PGN Solution, PT Nusantara Regas, PT Saka Energi Indonesia, PT Gagas Energi Indonesia, PT Banten Gas Synergi, PT PGN LNG Indonesia, PT Telemedia Dinamika Sarana, PT Permata Karya Jasa, PT Widar Mandripa Nusantara, PT Solusi Energy Nusantara, PT Kalimantan Jawa Gas, PT Permata Graha Nusantara, PT Pertamina Gas.
Penandatangan akta pengalihan saham seri B milik Negara sebesar 56,96 persen di PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk kepada PT Pertamina (Persero) pada awal 2019 lalu secara resmi menandai berdirinya holding BUMN Migas.
Meski nama ‘Persero’ telah dihilangkan dari PGN, Pemerintah tetap memiliki kontrol terhadap PGN, baik secara langsung melalui kepemilikan saham Seri A Dwiwarna, maupun secara tidak langsung melalui Pertamina selaku induk, sebagaimana diatur dalam PP 72 Tahun 2016.