ASPEK.ID, JAKARTA – Pepsi yang merupakan produk minuman mememutuskan untuk hengkang atau pamit dari Indonesia. Informasi yang beredar, Pepsi akan berhenti produksi dan distribusi mulai 10 Oktober mendatang.
Selama ini, Pepsi di Indonesia sering dijumpai di gerai-gerai makanan cepat saji, seperti KFC. Minuman tersebut juga dengan mudah didapatkan di supermarket.
Juru Bicara PepsiCO yang beredar di awak media, PT Anugerah Indofood Barokah Makmur (AIBM) dan PepsiCo Inc (PepsiCo) sepakat untuk mengakhiri kontrak.
Sementara itu, Anggota Dewan Pembina Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia (GAPMMI), Thomas Darmawan mengatakan, ada perubahan konsumsi masyarakat yang bergeser ke minuman kopi menjadi salah satu alasan hengkangnya PepsiCo dari Indonesia.
“Trennya memang turun. Orang mulai kembali ke minuman jus, buah-buahan, teh, apalagi anak muda sekarang lebih tertarik minum kopi. Pertumbuhan minuman kopi saat ini lumayan,” kata Thomas seperti dilansir dari Antara. Kamis 3 Oktober 2019.
Menurut dia, saat ini kesadaran masyarakat akan tingginya kandungan gula dalam minuman berkarbonasi dan gas dalam soda, membuat konsumsi jenis minuman itu menurun.
Selain itu, pesaing terbesar Pepsi, yakni Coca-Cola, juga lebih gencar melakukan promosi dan menjual dalam kemasan yang lebih kecil dengan kisaran harga Rp3.000 per botol.
“Sekarang kita lihat yang lokal, seperti Sarsaparilla, minuman limun lokal masih ada, tetapi yang lebih bagus pertumbuhannya memang minuman teh, susu dan jus, karena lebih murah,” tutupnya.
Dilihat dari kondisi saat ini, ngopi sudah menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat urban dalam satu dekade terakhir. Alhasil coffee shop atau kafe selalu menjadi tempat favorit anak muda bahkan lintas usia.
Tempat ngopi, tidak hanya menjadi tempat bersantai dan berkumpul bersama sahabat, kehadiran coffee shop atau kafe juga menjadi titik temu bagi kolega kerja sekaligus rapat bisnis. Apalagi hal ini semakin menyenangkan dengan tersedianya koneksi wifi.
Kevindra Soemantri seorang pemerhati kuliner dan gaya hidup, pada tahun lalu mengungkapkan, sejak tahun 2014 tren konsumsi kopi memang meningkat, terutama di kota-kota besar, salah satunya Jakarta.
Di tahun 2014 pula beberapa media di Inggris melaporkan bahwa terjadi penurunan secara global untuk minuman mengandung alkohol. Hal ini menyebabkan kopi menjadi tren minuman favorit baru.
Sementara itu, melalui siaran persnya, Kementerian Perindustrian terus mendorong pengembangan industri minuman di dalam negeri agar lebih berdaya saing global, terutama dalam menghadapi era industri 4.0. Sebab, berdasarkan peta jalan Making Indonesia 4.0, industri makanan dan minuman merupakan satu dari lima sektor manufaktur yang diandalkan dalam menopang perekonomian nasional.
Direktur Jenderal Industri Agro Kemenperin, Abdul Rochim pada Peresmian Lini Produksi Surabaya Plant di Pabrik Coca Cola Amatil Indonesia (CCAI) Pasuruan, Jawa Timur, Kamis (3/10). mengatakan, industri minuman di dalam negeri secara keseluruhan masih menunjukkan kinerja yang positif.
Ini tercermin dari pertumbuhannya pada semester I tahun 2019 sebesar 22,74%.
“Sektor industri makanan dan minuman di Indonesia memiliki potensi pertumbuhan yang besar karena didukung oleh sumber daya alam yang berlimpah dan permintaan domestik yang besar,” ungkapnya.
Kemenperin mencatat, industri makanan dan minuman konsisten sebagai kontributor terbesar terhadap produk domestik bruto (PDB) nasional.