Indonesia mampu meninggalkan ketergantungan terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pasca diberlakukannya kebijakan penggunaan mata uang lokal. Nilai transaksi menggunakan local currency settlement (LCS) terus meningkat seiring bertambahnya jumlah negara mitra.
“Ini akan terus kita tingkatkan di Indonesia, pada tahun 2021 kita mencapai USD2,53 miliar 2021 dan tahun ini kami menargetkan peningkatan 10%,” kata Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo dalam webinar side event finance track G20 secara daring, Rabu (16/2/2022).
Bank Indonesia melaporkan, nilai transaksi LCS Indonesia sepanjang tahun lalu eningkat hingga 217% dibandingkan tahun sebelumnya USD2,53 miliar atau Rp 36,18 triliun.
Direktur Utama Bank Mandiri Darmawan Junaidi memproyeksikan tren penggunaan mata uang lokal akan terus meningkat tahun 2022, apalagi kalau melihat capaian di tahun 2021.
Bank Mandiri mencatat, sejak awal Januari hingga 11 Februari 2022 volume transaksi konversi valas dengan negara lain menggunakan LCS mampu tembus USD122,63 juta per 11 Februari dengan frekuensi sebanyak 895 transaksi.
Rinciannya, volume transaksi LCS terdiri dari USD9,8 juta dengan Malaysia, USD27,6 juta dengan Jepang, USD84,4 juta dengan Tiongkok, dan USD800 ribu dengan Thailand.
Menurut Darmawan, dibandingkan dengan tahun 2021 yang sebesar Rp495,64 triliun dengan 5.351 transaksi, Darmawan bilang, capaian volume transaksi LCS pada 2022 sangat signifikan mengingat saat ini belum genap dua bulan.
Sejak tahun 2018 tren transaksi LCS memang semakin meningkat. Hal itu sejalan dengan penerimaan dan kebutuhan pasar, baik dari segi volume maupun frekuensi.
“Pada tahun 2018, volume transaksi LCS tercatat 6,73 juta dolar AS dengan frekuensi 112 transaksi, kemudian pada tahun 2019 sebesar 52,28 juta dolar AS dengan 493 transaksi, dan di tahun 2020 mencapai 182,99 juta dolar AS dengan 1.657 transaksi,” jelasnya.