ASPEK.ID, JAKARTA – Kesepakatan bisnis senilai 822 juta dolar AS atau setara Rp11,7 triliun tercipta selama penyelenggaraan Dialog Infrastruktur Indonesia-Afrika (IAID) di Bali, 20-21 Agustus 2019.
Proyek-proyek infrastruktur mendominasi kesepakatan bisnis itu antara lain proyek pembangunan kawasan bisnis terpadu (mixed used complex) La Tour de Goree Tower senilai 250 juta dolar AS di Dakar, Senegal; proyek konstruksi rumah susun (social housing) senilai 200 juta dolar AS di Songon, Pantai Gading; serta proyek pembangunan pelabuhan terminal liquid (bulk liquid terminal) senilai 190 juta dolar AS di Zanzibar-Tanzania.
Ketiga proyek tersebut digarap oleh PT Wijaya Karya (WIKA) dengan bantuan pembiayaan dari Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) atau Indonesia Eximbank dengan kesepakatan senilai 356 juta dolar AS atau setara Rp 5,07 triliun.
Sejumlah BUMN lain seperti PT Industri Kereta Api (INKA), PT Waskita Karya, PT Len Industri, dan PT Kereta Api Indonesia (KAI) juga mendapat kesempatan menyasar sektor perkeretaapian di Afrika.
Keempat BUMN tersebut membentuk konsorsium bernama Indonesia Railway Development Consortium (IRDC) yang diharapkan dapat mengibarkan Bendera Indonesia di Afrika dengan menawarkan one step solution terkait layanan infrastruktur perkeretaapian.
Direktur Utama PT INKA Budi Noviantoro dilansir dari laman Antara, Senin (26/8) mengatakan, Afrika merupakan pasar yang sangat potensial mengingat wilayahnya sangat luas tetapi belum banyak memiliki infrastruktur transportasi.
Sejumlah negara Afrika seperti Zimbabwe dan Angola, memiliki masalah keuangan untuk membiayai proyek-proyek infrastruktur mereka. Karena itu, INKA menyediakan sejumlah opsi yang dapat digunakan sebagai solusi permasalahan tersebut, salah satunya dengan pengembangan sinergi beberapa BUMN yang disebut Budi sebagai Indonesian Incorporated.
BUMN yang telah tergabung dalam sinergi ini adalah PT INKA, PT WIKA, PT Len Industri, dan diharapkan Indonesia Eximbank bisa turut mendukung dari sisi pembiayaan.
“Jadi kita lihat, negara mana di Afrika yang memiliki komoditas bagus, banyak, dalam partai besar. Nanti BUMN tambang akan masuk duluan dan bekerjasama dengan mereka. Hasil tambang tersebut yang kita gunakan untuk pembayaran kereta apinya,” ujar Budi.
Salah satu negara Afrika yang sedang disasar oleh PT Inka adalah Madagaskar, mengingat negara tersebut memiliki tambang bijih kromium dan bauksit yang sangat potensial untuk digarap.